SANG PEMBUKA GERBANG
PetikPisang69 - Malam ini sesuai dengan janjinya di telepon, Riko berangkat kearah Soreang hendak menemui Winda, gadis manis yang telah beberapa bulan ini selalu menghiasi hari-harinya. Mreka bertemu pada sebuah acara ulang tahun temannya Riko yang diadakan pada sebuah diskotik di pusat kota Bandung. Saat mereka berkenalan Winda bersama ?sama dengan 2 orang temannya yang lain, Fitri dan Wida. Mereka bertiga adalah sahabat yang tinggal di sebuah kost-an dengan kamar yang berbeda. Mereka bertiga bekerja pada sebuah perusahaan yang sama.
Mereka ber-3 memang berasal dari kota yang sama. Bertemu setelah masing-masing mereka menyadari ternyata berasal dari kota yang sama.
Winda yang lebih kalem dengan cepat menarik perhatiaan Riko, meskipun Fitri yang lebih lincah sering menarik perhatiannya juga. Hanya Wida yang termuda diantara mereka yang kelihatannya tak menampilkan sikap yang menonjol.
Winda berkulit bersih, hitam manis tetapi dengan postur yang sedang-sedang saja. Tingginya juga hanya sepundak Riko yang 170 cm. tetapi yang menarik padanya adalah tutur sapanya yang lembut, sopan tetapi sangat berisi. Kata-katanya sangat tertata rapi dengan isi pembicaraan yang bernas. Sense of humornya juga bagus. Tidak vulgar dan cenderung penuh dengan arti-arti tersirat.
Hubungan Riko dan Winda dalam berpacaran juga seperti biasanya anak muda yang lain, penuh dengan kemesraan, konflik-konflik kecil yang membumbui jalinan yang tercipta, Kadang percik-percik nafsu birahi juga timbul di sela-sela percumbuan mereka. Membuat mereka harus menghentikan percumbuan mereka sebelum terlalu jauh.
“Aa’…?kita kerumah teteh dulu ya..?”ajak Winda saat ia menghenyakkan pantatnya di jok di samping Riko. ‘Aa?Memang begitulah ia memanggil Riko.
“Kemana itu…………? ?Tanya Riko balik sambil memutarkan setir carry putih milik orang tuanya itu.
“Sekeloa…………?., tau kan..??sambung Winda kembali.
“Ooo……?.?sahut Riko.
Mobil pun langsung meluncur, mencoba menerobos jalan Mohammad Toha yang selalu penuh kemacetan sore itu, terus ke arah pusat kota. Meluncur perlahan sepanjang Alun-alun, berbelok ke kanan di samping kantor pos, terus melaju.
Tak lama kemudian mereka telah berada di sekitar jalan Dipatiukur dimana terletak sebuah kampus yang cukup terkenal. Meluncur ke kanan, turun ke jalan Sekeloa yang di maksud.
“Aa?ga usah turun, Winda Cuma sebentar ko……..”ujarnya menutup pintu mobil.
“Jangan lama ya……?”sahut Riko.
Gadis manis itu melangkah ringan sambil tersenyum menganggukkan kepalanya. Menghilang di sebuah gang.
Riko menarik napas pendek. Ingatannya kembali saat-saat awal percintaannya dengan Winda. Gadis manis kalem dan lembut ini mempunyai hasrat yang meledak-meledak. Begitu titik peka erotisnya terkena rangsangan, dia berubah marah apabila tidak di tuntaskan.
Pernah saat –saat percumbuan mereka di awal-awal hubungan mereka, di kost-annya Winda, mereka telah bertelanjang separuh badan ke atas. Riko tengah mencumbui bagian cuping telinga Winda, mengecup dan menjilati dengan lidahnya yang kasar. Aroma wangi tercium oleh Riko dari setiap kulit Winda yang mendapatkan belaian lidah Riko.
“Oh…….Aa’…………”desis Winda perlahan.
Matanya hanya bisa terpejam menikmati rasa yang timbul dari setiap jalinan percumbuan mereka. Kamar yang panas itu kini melantunkan desahan, rintihan dan jerit tertahan Winda. Dimbangi dengus-dengus Riko dalam setiap gerakannya.
Jemari lentik Winda meluncur ke bawah, menemukan rits jean Riko, menariknya perlahan ke bawah. Menemukan tonjolan mengeras di balik jeans tersebut, meremasnya perlahan. Kontan Riko terlonjak?
Tak leluasa jemari lentik itu melepaskan ikat pinggang dan kancing jeans Riko. Kini jemari itu meluncur ke balik celana dalam dan mengurut serta meremas langsung disana……
Riko hanya dapat mengeluh dan menikmati keliaran jemari lincah tersebut pada batang kejantanannya.
Winda bangkit duduk dan dengan cepat menyambar celana Riko, melepaskannya, begitu juga dengan rok panjangnya meninggalkan tubuh bersih pemiliknya, terlontar begitu saja. Kini mereka hanya dilapisi secarik kain saja pada pinggang mereka. Tubuh sintal yang mulus itu kini kembali merebah terlentang. Tangannya menggapai ke arah Riko.
Riko dengan perlahan menutupi tubuh mulus itu dengan tubuhnya menempatkan pinggulnya diantara kedua paha Winda. Naluriah kedua kaki jenjang itu melebar memberikan persetujuannya.
Riko bergerak. Menggerakkan pinggulnya mendesak menghunjam, hanya carik kain yang memisahkan kedua kelamin mereka. Tubuh Winda tersentak-sentak merasakan hunjaman itu. Terasa kan olehnya batang kejantanan Riko yang tegar berbalut kain tipis itu menggerus, menggesek.
“Uhh…….Aa’…..buka deh……..”bisik Winda di telinga Riko.
Riko paham dan segera menarik lepas segitiga di pertemuan kedua paha jenjang tersebut. Kembali Riko bergerak seperti awalnya. Carik kain yang menutupi selangkangannya tak cukup lebar membungkus batang kejantanannya. Sehingga sebagian batang tersebut muncul di luar kain tersebut.
Riko bergerak teratur. Sesekali ujung membola kejantanannya menyentuh langsung lepitan lembab kewanitaan Winda. Kontan Winda melolong tersengal-sengal.
“Ohhh……………….”desisnya seraya membeliakkan matanya. Kadang hanya putihnya saja yang terlihat. Badannya sontak mengejang.
Merasakan ujung membola batang tegar Riko yang bergerak konstan……
“Eh……..aa ngelamunin apa……..?”tredengar suara merdu yang tak asing lagi di telinganya.
?Ah…ga………………………………?sahut Riko terbata-bata.
“Udah ketemu tetehnya………….”Tanya Riko sambil meredakan gairahnya mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Udah?, ayo kita jalan……………”ajak Winda sambil mengunci pintu.
Mobilpun bergerak.
“Ngelamunin apa sih Aa?tadi…”Ulang Winda.
“Ngga ada……………………..”jawab Riko berbohong.
“Ada cewe lain ya…………?.??tembak Winda langsung.
“Bukan itu,……pengen tau……..?Tanya Riko balik.
“Iya dong……………………?.”jawab Winda cepat.
“Ngg…anu?.aku tadi ngelamunin waktu kita bercumbu tempohari itu……..”ujar Riko pelan.
“Ih..Aa?pikirannya…………?.”tukas Winda.
“He…he……………………?.Riko terkekeh.
“Pingin ya……………………..?”Tanya Winda tergelak.
“Kamu juga kan……………….??Tembak Riko.
“Siapa bilang, Winda ga pengin itu, Cuma penginn……..”sahutnya sengaja tak selesaikan kalimatnya.
Dengan cepat kecupan dijatuhkan Winda pada pipi pemuda kasihnya itu. Dan menatap Riko dengan tatapan yang berjuta makna. Riko tak dapat mengartikan tatapan itu. Hanya batinnya bergumam bahwa gadis kekasihnya ini sangat bergairah saat ini.
Seperti biasanya mereka berkencan, mobilpun bergerak ke utara meninggalkan kota Bandung, melalui perkebunan teh yang menghiasi sepanjang perjalanan. Canda mereka terus mengisi perjalanan mereka. Tak lama kemudian mobilpun menepi pada sebuah warung tempat langganan mereka. Penjualnya sepasang suami isteri yang akrab dengan mereka. Telah berulang kali mereka berkunjung kesana.
Di warung itu terdapat sebuah bale-bale agak menjorok ke dalam, dan disanalah mereka duduk seperti biasanya. Bale- bale tersebut dihalangi sebuah dinding dari bilik bambu yang di anyam setinggi kepala orang duduk sehingga gerak-gerik mereka tak terlihat langsung dari luar.
“Biasa mang………”pinta Riko pada bapak pemilik warung tersebut.
Mereka duduk berdampingan menghadap hamparan kebun teh yang menghijau. Winda merebahkan kepalanya di bahu Riko. Riko pun melingkarkan tangannya ke bahu gadisnya itu mencoba memberikan kehangatan mengimbangi udara yang mulai dingin di senja hari yang mulai gelap tersebut. Angin dingin bertiup kencang sepertinya hujan akan turun tak lama lagi karena sedari tadi mendung hitam telah bergayut di ufuk langit.
“Ini den?., kopi jahe dengan roti bakarnya, dan untuk neng yang ini teh manis dengan ketan bakar…” suara pemilik warung yang muncul mengagetkan mereka berdua. Riko dan Winda bergegas menyambut sajian yang di antarkan bapak dan ibu pemilik warung tersebut.
“Terimakasih mang…………..”sahut Winda saat mengembalikan nampan kosong.
Lapar dan ditambah pengaruh udara dingin dengan lahap mereka menyantap sajian hangat tersebut. Tak menyisakan sedikitpun makanan yang telah disajikan tersebut.
“Ih…….lapar apa hobby……..”kelakar Winda.
“Dua ?duanya………………..?sahut Riko dengan mulut yang penuh.
Tergelak mereka berdua berbicara dengan mulut yang penuh. Sungguh kemesraan yang wajar. Tak ada kepura-puraan dalam setiap tindak tanduk dan ucapan mereka berdua.
“Sini..Winda hapus……………….”ujar Winda mendekat dan menggosokkan tissue ke bibir Riko.
Wajahnya sangat dekat dan tercium wangi yang khas gadis yang telaten merawat diri. Riko membiarkan saja jemari lentik tersebut membersihkan sisa-sisa makanan yang menempel di luar bibirnya.
Tak di duganya sama sekali. Kecupan Winda mendarat pada ujung bibirnya sebelah kanan. Sambil tersenyum paham Riko bereaksi dengan cepat, dirangkulnya tubuh sintal gadis manis tersebut dan lansung di jatuhkannya kecupan-kecupan sporadis pada bibir merah tersebut. Langsung mereka berdua terseret gelombang yang memabukkan.
Lidah mereka kini saling membelit dalam mulut Winda yang basah. Sementara tangan Riko telah menyelusup ke balik blouse biru yang di kenakan Winda, merabai kelembutan hangat dada yang membusung di balik bungkusnya itu dengan lincah
Perasaan hangat timbul dalam diri mereka, sangat nyaman ditengah dinginnya udara yang dihantarkan oleh gerimis. Kedua tangan Winda telah mengunci di belakang leher Riko. Kadang bergerak gelisah menggerumas punggung Riko.
“Uhhh…………”bisik Winda melepas debur napasnya hampir tak terdengar.
Kini tangan Riko menarik bra yang dikenakan Winda keatas, menyembulkan bukit dadanya yang membusung padat. Bentuknya indah dihiasi noktah kecoklatan dengan puncak yang tegak. Langsung saja bibir Riko beraksi melumat bukit membusung tersebut. Hisapan yang di barengi gerakan melingkar lidahnya pada puncak bukit itu sontak mengelinjangkan tubuh Winda.
“Hmmffhhh…….”desahnya perlahan. Melepaskan segenap desakan yang memenuhi paru-parunya.
Jemari Winda tak mau kalah dan dengan sigap menarik rits celana Riko. Menepiskan karet celana dalam kekasihnya itu untuk menyembulkan batang tegar yang mulai membesar itu keluar. Mulut dan bibir lembut gadis itu lansung menjilati dengan lahapnya batang tegar tersebut. Membelai ujung membolanya dengan lidah lancipnya
Kini Riko yang merasakan sengatan lidah lancip tersebut pada batang tegarnya menghantarkan letupan-letupan nikmat di sepanjang pembuluh darahnya. Tak sadar mereka tengah berada dimana……?
‘Jeglaaarrrrrrr?Dentuman petir mengagetkan mereka. Hujan mulai turun.
“Aa’…..jangan disini……, malu kelihatan orang…”putus Winda dengan napas tersengal.
Segera ia membenahi pakaiannya dan merapikan celana Riko yang terbuka akibat kenakalannya tadi.
“Jalan yuk……………….”Ajak Winda kembali.
Riko tak menjawab, lansung bergegas membayar makanan yang tadi mereka pesan. Menggandeng Winda menuju ke mobil di tengah hujan yang turun. Cuaca sangat gelap diantara gemuruh petir yang menyambar-nyambar.
Kembali mobilpun bergerak, menuju ke atas ke utara. Sepanjang jalanan yang gelap di tengah hujan mobil merayap perlahan. Tak banyak kendaran yang seiring ataupun yang berpapasan dengan kendaraan mereka.
Mereka saling diam. Tak berkata ?kata sibuk dengan gemuruh perasaan yang belum tertuntaskan. Percakapan mereka hanya lewat pancaran mata yang menyiratkan gairah membara.
Tak sengaja pandangan Riko melihat kekiri, Ada sebuah lapangan seluas lapangan volley yang cukup terlindung dari pandangan siapapun. Lapangan tersebut ketiga sisinya di kelilingi pepohonan dan semak cukup tinggi.
“Kesana saja A’…………….?seolah telah saling sepakat Winda berkata.
Dengan cekatan Riko memarkir mobilnya menghadap ke jalanan, tersembunyi oleh sebuah bale-bale dan semak di kedua sisinya.
“Ke belakang aja yuk………” ajak Riko sambil menggamit tangan Winda.
Gadis tersebut beranjak melangkah duduk di kursi deretan tengah dan disusul Riko. Duduk berdampingan mereka saat itu.
“A’……dingin…………………”ujar Winda manja.
Riko dengan segera merangkul tubuh sintal tersebut dan menarik rapat ke tubuhnya. Dengan sigap pula kedua tangan Winda merangkul pinggang kekasihnya meresapi kehangatan yang di timbulkannya.
Terdiam mereka. Yang terdengar hanyalah gemuruih hujan di tengah gemuruh deburan dada mereka masing. Riko menggosokkan tangannya di bahu dan lengan Winda menghantarkan kehangatan pada gadis berkulit hitam manis itu
“Winda…………………………..”panggil Riko pelan
“Hmmm…………………………”gumam Winda tak menjawab.
Terdiam Riko menunggu kata-kata yang tak kunjung keluar dari bibir merah gadis itu.
Ditundukkannya wajahnya, terlihat Ati juga tengah memandang ke arahnya. Wajah lembut keibuan dengan bola mata yang cemerlang itu bergerak-gerak pada bagian hitamnya. Hidungnya yang bangir, melancip pada ujungnya…….
Perlahan bibir Riko turun menemukan bibir lembut yang telah menWindanya. Melumat bibir tersebut dengan gemas. Langsung kedua bibir Winda menyambut dengan tak kalah hangatmya. Kadang Lidah Riko menyelusuri kelembutan bibir tersebut hingga kesudutnya.
“Mhhh………………………….”desah perlahan mulai terdengar
Lidah mereka saling berpalun didalam mulut Winda, saling membelit di kelembaban yang hangat. Cepat sekali mereka terbangkit. Kini tangan Riko telah berada di balik blouse Winda meremas kelembutan bukit yang terbungkus . Sementara dengan lincah pula jemari lentik Winda bermain pada batang tegar kejantanan Riko yang telah menjulang keluar dari celananya. Hanya kini keluarnya tidak melalui ritsluiting melainkan akibat celana dan celana dalam Riko yang telah bergeser lepas ke bawah.
Napas Winda tersengal-sengal. Deru nafsu telah membahana di dalam mobil putih tersebut. Embun telah menutupi setiap kaca mobil tersebut.
Tak leluasa tangan Riko menarik tuas pada kursi dimana mereka bergumul, hingga rebahlah sandaran kusi tersebut diikuti rebahnya tubuh Winda berbaring. Dengan cepat Riko melucuti blouse dan bra yang di kenakan Winda. Menampakkan ketelanjangan kulit mulusnya di timpa sinar kilat yang sesekali menyambar.
“Ahhhhhh……………………?.”erang Winda perlahan tatkala lidah kasap Riko mulai mengulum dan melumat bukit dadanya, Melingkari putiknya dengan lidahnya saat berada dalam kuluman mulutnya.
Bara birahi yang memercik telah menjadi bara membara, bersiap menghanguskan mereka dalam berjuta kenikmatan.
Berpindah kekiri dan kekanan mulut dan bibir Riko menghantarkan kehangatan yang kian memanas. Tubuh sintal Winda bergerak gelisah. Kini pinggulnya bergerak reaktif menggeletar ke atas dan ke bawah tak disadarinya.
Rok panjangnya telah tersingkap disana sini. Riko menanggapi gerakan Winda dengan tak kurang lincahnya. Mulai menggosokkan batang tegar kejantanannya di permukaan secarik kain satin yang menutupi pertemuan paha jenjang itu.
“Ohh…Aa’……………………”rintih Winda.
Merasakan kelembutan kulitnya bersentuhan dengan kekasaran paha Riko yang berbulu lebat tersebut, menambah geli gatal yang rasa yang tak kunjung reda tersebut.
Riko bergerak konstan terus memompa pinggulnya . mendesakkan pinggul padat Winda terbenam di jok lembut tersebut. Kedua kaki Winda terkadang menjulang di belakang tubuh Riko. Menyodorkan bagian lepitan kewanitaannya yang di selubungi kain licin tersebut. Sehingga kini ujung membola batang tegar Riko tepat menusuk lepitan terbalut kain itu.
“Ouhhhh…………………….”erang Winda sontak saat ujung kejantanan Riko mendesak kain tipis tersebut tenggelam 2-3 cm dalam lepitan kewanitaannya.
Merasakan kulit batang panas tersebut menggosok pintu lepitannya.
“Aa’……….buka , buka…….”ujar Winda disela nafasnya yang terngal-sengal.
Terlihat peluh dan keringat timbul di seluruh permukaan tubuhnya. Dengan cepat carik kain terakhir tersebut lepas dari tubuh pemiliknya. Kembali tubuhnya berbaring diikuti tubuh Riko yang menempel erat.
“Aa?diam saja……………….”lebih merupakan perintah perkataan Winda tersebut di telinga Riko.
Di raihnya batang kejantanan Riko dengan jemarinya, ditempatkannya terjepit di lepitan kewanitaannya.
“Ahhh…………………………”pekik Winda seraya bergerak.
Pinggulnya dengan lincah bergerak naik turun. Menggosokkan lepitan kewanitaannya di sepanjang batang tegar Riko yang diam. Kelembutan yang lembab dan basah yang segera menyelusuri sepanjang batang tegar tersebut. Kedua lengannya memaku pinggang Riko sehingga tak dapat bergerak. Praktis Winda yang kini bergerak memacu hasratnya
Mobil tersebut bergoyang-goyang di antara gemuruh hujan yang turun tak kunjung reda. Lenguhan dan jerit kecil menghiasi setiap gerakan mereka berdua. Sesekali kedua Lengan Winda memeluk ke belakang pantat Riko memberikan aba-aba menekankan pinggul pemuda tersebut ke bawah, menginginkan gerakan yang lebih kuat.
Riko terpejam kaku menikmati betapa rasa yang timbul sungguh tak terbayangkan sebelumnya. Kekenyalan yang basah dari kewanitaan Winda sungguh melenakan, memabukkannya.
Merasa pegal dengan posisi tersebut Riko berbalik. Kini di duduk di jok dengan Winda menduduki pangkuannya. Winda menempatkan kembali batang tegar tersebut pada posisinya semula terjepit oleh kewanitaannya. Mulai bergerak perlahan. Kedua lengannya menapak pada langit ?langit plafon mobil.
“Ouhhh……………………..”erang Winda merasakan sesekali ujung membola batang kejantannan pemuda kekasihnya menusuk lepitannya.
Tergelincir 2-3 cm terselip menyelusup lepitan kewanitaannya. Sontak kaget oleh nikmat berkesangatan Riko menarik pinggulnya menghindari penetrasi yang hampir saja terjadi. Pikirannya masih belum terbutakan oleh nikmat yang melanda.
Winda terus bergerak, sementara Riko menggenggam pinggang langsing tersebut membantu gerakan pinggul yang gelisah di pangkuannya itu.
“Uhhh……Aa? Winda ga tahan begini……masukin ya A’…??matanya menatap sayu penuh harap di tengah gemuruh nafsunya.
Riko bimbang, dia belum pernah sampai saat ini melakukan intercourse, tapi hasratnya pun menginginkan rasa tersebut. Pikirannya akhirnya kalah oleh tuntutan keinginan tubuhnya. Riko tak menjawab dan kembali melumat bukit di dada Winda yang membusung. Pikirannya terseret pada keinginan Winda kekasihnya. Menyerahkan keputusan tersebut pada Winda.
Winda menarik dagu Riko ke atas. Menengadahkan wajah pemuda tersebut, mengecup keningnya perlahan. Pandangan mereka bertemu, terkait satu sama lain menemukan hasrat nafsu yang sama. Winda menempelkan keningnya pada kening Riko. Mata mereka bertatapan lekat saling memandang bola mata kekasihnya masing-masing.
Jemari tangan kiri Winda meraih ke bawah menemukan batang tegar yang telah siap. Menempatkan ujung membola tersebut tepat di permukaan lepitan kewanitaannya . Bergoyang perlahan melumasi ujung membola tersebut. Dengan perlahan mulai menurunkan tubuhnya. Perlahan ujung membola tersebut membelah lepitan basah tersebut.
Kini kepala batang tegar tersebut telah tenggelam, Winda menarik napasnya, melepaskan udara yang terkumpul sesak di paru-parunya seolah olah di dorong oleh batang liat di bawahnya. Terasa kedua paha Winda mengejang menikmati perjalanan urat kenyal yang memasuki tubuhnya di bawah. Perlahan batang tersebut sedikit demi sedikit mulai hilang di telan kelembutan yang basah dan panas..!!
Kembali Winda bergerak, tidak tergesa-gesa menurunkan tubuhnya. Merasakan batang liat milik kekasihnya makin terdesak masuk, merasakan setiap urat batang tegang tersebut menggesek tonjolan lembut dalam kewanitaannya. Rasa nikmat tak terperi menghantarkan gerakan penuntasan.
“Ahhhhhh…………………………?”Pekik Windai Kedua bola matanya mendelik sesaat tatkala pinggulnya mendesak menuntaskan hasratnya.
Membenamkan seluruh panjang batang tegar tersebut dalam kewanitaannya. Tubuhnya menyentak!!
‘Oh sayangku, sempurnalah kini……? ‘batin Winda.
“Ufgghhh………………………………..”lenguh Riko merasakan betapa kelembutan yang lembab mencekal erat batang kejantanannya. ‘Oh?.inikah yang namanya persetubuhan?.’tanyanya dalam hati.
“Aa’……………………………?.”bisik Winda di telinga pemuda tegap itu.
Riko tak menjawab sibuk dengan perasaan nikmat yang terus mendera seluruh tubuhnya. Di raihnya gemas wajah pemuda kekasihnya dengan kedua telapak tangannya dan langsung melumat bibirnya. Dibarengi dengan gerakan tubuh sintalnya naik turun di pangkuan Riko. Kembali kedua lidah mereka berpalun panas.
Gerakan pinggulnya yang naik turun terkadang maju mundur menghentak-hentak, dinding lepitan basah Winda menghisap batang tegar milik kekasihnya tersebut dengan gerakan peristaltik pada setiap milinya. Kadang pula tubuhnya diam, hanya kedut-kedut jepitan kenyal terasa oleh Riko seakan memeras batang kejantanannnya.
“Ouhhh…………………”desah tak beraturan di sela gerakan tubuhnya makin sering terdengar. Kedua bukit dadanya yang membusung bergoyang ?goyang seirama gerakannya. Kedua tangan Riko menggenggam pinggang ramping gadis hitam manis tersebut. Sinar kilat yang sesekali memercik menimbulkan silhouette yang seksi sekali. Kecipak –kecipak terdengar dari dari pertemuan kelamin mereka. Suaranya menambah bumbu gerakan mereka.
Makin cepat dan liar gerakan Winda. Memacu langkahnya berlari menuju garis akhir hasrat mereka berdua. Begitu juga Riko naluriah menggerakjkan pinggulnya menyentak ke atas perlahan seiring, berlawanan arah dengan gerakan Winda.
“Ohh……ahhhhh………………?.”napas Winda terengah engah. Garis akhir makin mendekat, tak sabar ia memacu gerakannya lebih cepat.
Keningnya mengkerut dengan bibir terbuka tak hentinya merintih-rintih.
“Nggghh……………………?.”rengekan Winda membuat Riko makin bersemangat. Bergerak mendorong makin cepat.
“Ngghhh……nghhhhhh…………..Aahhhhhhhhhh…………?.”rengek dan pekik Winda saat garis akhir hasratnya di capainya.
Menyentakkan kepala dan tubuhnya ke belakang, mendesakkan pinggulnya liar, mencengkeram bahu Riko dengan keras, menyuarakan dahaga birahinya yang terpenuhi. Melontarkan tubuh immaterinya pada suatu tempat yang berwarna warni, meledakkan perasaannya di tempat tersebut, hingga seolah berkeping-keping.
Terasa oleh Riko denyut-denyut sporadis mencekal batang kejantanannya. Gerakan pinggul Winda makin lama makin melemah, Tidak demikian dengan Riko yang semakin mendekati garis akhir perpacuan birahi mereka. Riko bergerak makin ganas merasakan gumpalan gelora mendesaknya. Memenuhi paru-parunya. Yang dia tau akan menghantarkannya pada suatu perbatasan kefanaan.
“Ughhhh…………………………..?Riko menggeram merasakan aliran di sepanjang pembuluhnya berkejaran menuju pangkal pahanya mengumpul mendesak menuju letusan terakhir.
“Akkhhh…………………………?”Geram Riko merasak aliran yang mengalir di sepanjang batang tegarnya, bergemuruh menyembur keluar, memenuhi wadah tempatnya.
Membasahi setiap mili dinding dalam kewanitaan gadis kekasihnya hingga banjir. Letusan terjadi beberapa kali hingga akhirnya mereda, menyisakan materi hangat yang meleleh di sepanjang lereng lepitan basah. Membasahi seluruh semak yang berada di sekitarnya. Hingga akhirnya mendingin
“Hmmm…….Aa’…………………”bisik Winda manja.
Wajahnya bersemu merah diterangi kilat yang masih membahana. Tubuhnya menggelendot manja pada pemuda itu . Meneymbunyikan wajahnya di dada Riko yang berkeringat.
“Hmmhhh……………………..”gumamnya gemas menggigit permukaan dada Riko.
Kaget, Riko meraih wajah mengkilat oleh keringat tersebut, menjatuhkan kecupan pada kening dan bibirnya yang ranum. Kembali di rangkulnya tubuh sintal yang berkeringat tersebut. Merasakan setiasp debur perasaan yang nyaman sekali.
“Winda,?tadi adalah saat pertamakali Aa’….?Terang Riko perlahan.
Gadis itu semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Riko. Riko tak menyangka gadis kekasihnya ini telah memberikan pelajaran bercinta yang sangat menggelora. Tak peduli lagi ia pada penuturan kekasihnya yang menyatakan telah tak gadis lagi beberapa waktu lalu. Hubungannya dengan sang pacar yang merenggut kegadisannya tak bertahan lama, meninggalkannya dalam penyesalan dan kedahagaan, tutur Winda saat kencan mereka dahulu. Toh semua akan mengalaminya lambat atau cepat, pikir Riko.
“Aa’….dingin…….udah yuk………………?.”ujar Winda menyadarkan Riko dari lamunannya.
Segera Riko bangkit mengambil kotak tissue, membersihkan keringat dan sisa-sisa pertempuran mereka. Bergegas mereka saling mengenakan pakaian kekasih masing- masing. Dan kembali ke bangku depan setelah mengembalikan posisi ‘ranjang?mareka kembali pada posisi semula.
Setelah mengelap kaca mobil yang berembun Riko menstarter mobilnya, memasukkan gigi dan beranjak pergi?.
Di tengah hujan yang lebat mobil mereka meluncur di sepanjang jalan gelap. Membelah kesunyian malam dalam kepuasan yang berbeda. Winda , telah menjadikan Riko seorang pria sesungguhnya, melucuti keperjakaan sang kekasih dalam suasana yang sangat romWindas , ditengah gemuruh hujan dan kilat yang turut menyaksikan persetubuhan mereka.
Sedangkan bagi Riko, persetubuhan itu telah memberinya pelajaran bercinta yang sangat menyenangkan, sekaligus mencandui nya ingin mengulangi kembal?
Link Alternatif Inipoker
0 Response to "PetikPisang69 - SANG PEMBUKA GERBANG"
Post a Comment