GURU GENIT
PetikPisang69 - Santi adalah seorang guru sejarah di smu. Umurnya 30 tahun, cerai tanpa anak. Kata orang dia mirip Demi Moore di film Striptease. Tinggi 170, 50 kg, dan 36B. Semua murid-muridnya, terutama yang laki-laki pengin banget melihat tubuh polosnya.
Suatu hari Santi terpaksa harus memanggil salah satu muridnya ke rumahnya, untuk ulangan susulan. Si Tedi harus mengulang karena ia kedapatan menyontek di kelas. Tedi juga terkenal karena kekekaran tubuhnya, maklum dia sudah sejak SD bergulat dengan olah raga beladiri, karenanya ia harus menjaga kebugaran tubuhnya.
Bagi Santi, kedatangan Tedi ke rumahnya juga merupakan suatu kebetulan. Ia juga diam-diam naksir dengan anak itu. Karenanya ia bermaksud memberi anak itu ‘pelajaran’ tambahan di Minggu siang ini.
“Sudah selesai Tedi?”, Santi masuk kembali ke ruang tamu setelah meninggalkan Tedi selama satu jam untuk mengerjakan soal-soal yang diberikannya.
“Hampir bu”
“Kalau sudah nanti masuk ke ruang tengah ya saya tinggal ke belakang..”
“Iya..”
“Bu Santi, Saya sudah selesai”, Tedi masuk ke ruang tengah sambil membawapekerjaannya.
“Ibu dimana?”
“Ada di kamar.., Tedi sebentar ya”, Santi berusaha membetulkan t-shirtnya.
Ia sengaja mencopot BH-nya untuk merangsang muridnya itu. Di balik kaus longgarnya itu bentuk payudaranya terlihat jelas, terlebih lagi puting susunya yang menyembul.
Nakal MerangsangBegitu ia keluar, mata Tedi nyaris copot karena melotot, melihat tubuh gurunya. Santi membiarkan rambut panjangnya tergerai bebas, tidak seperti biasanya saat ia tampil di muka murid-muridnya.
“Kenapa ayo duduk dulu, Ibu periksa..”
Muka Tedi merah karena malu, karena Santi tersenyum saat pandangannya terarah ke buah dadanya.
“Bagus bagus…, Kamu bisa gitu kok pakai menyontek segala..?”
“Maaf Bu, hari itu saya lupa untuk belajar..”
“oo…, begitu to?”
“Tedi kamu mau menolong saya?”, Santi merapatkan duduknya di karpet ke tubuh muridnya.
“Apa Ibu?”, tubuh Tedi bergetar ketika tangan gurunya itu merangkul dirinya, sementara tangan Santi yang satu mengusap-uasap daerah ‘vital’ nya.
“Tolong Ibu ya…, dan janji jangan bocorkan pada siapa–siapa”.
“Tapi tapi…, Saya”.
“Kenapa?, oo…, kamu masih perawan ya?”.
Muka Tedi langsung saja merah mendengar perkataan Santi”Iya”
“Nggak apa-apa”, Ibu bimbing ya.
Santi kemudian duduk di pangkuan Tedi. Bibir keduanya kemudian saling berpagutan, Santi yang agresif karena haus akan kehangatan dan Tedi yang menurut saja ketika tubuh hangat gurunya menekan ke dadanya. Ia bisa merasakan puting susu Santi yang mengeras. Lidah Santi menjelajahi mulut Tedi, mencari lidahnya untuk kemudian saling berpagutan bagai ular.
Setelah puas, Santi kemudian berdiri di depan muridnya yang masih melongo. Satu demi satu pakaiannya berjatuhan ke lantai. Tubuhnya yang polos seakan akan menantang untuk diberi kehangatan oleh perjaka yang juga muridnya ini.
“Lepaskan pakaiannmu Tedi”, Santi berkata sambil merebahkan dirinya di karpet.
Rambut panjangnya tergerai bagai sutera ditindihi tubuhnya.
“Ahh cepat Tedi”, Santi mendesah tidak sabar.
Tedi kemudian berlutut di samping gurunya. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Pengetahuannya tentang seks hanya di dapatnya dari buku dan video saja.
“Tedi…, letakkan tanganmu di dada Ibu”,
Dengan gemetar Tedi meletakkan tangannya di dada Santi yang turun naik. Tangannya kemudian dibimbing untuk meremas-remas payudara Santi yang montok itu.
“Oohh…, enakk…, begitu caranya…, remas pelan-pelan, rasakan putingnya menegang..” Dengan semangat Tedi melakukan apa yang gurunya katakan.
“Ibu…, Boleh saya hisap susu Ibu?”.
Santi tersenyum mendengar pertanyaan muridnya, yang berkata sambil menunduk,
“Boleh…, lakukan apa yang kamu suka”.
Tubuh Santi menegang ketika merasakan jilatan dan hisapan mulut pemuda itu di susunya. Perasaan yang ia pernah rasakan 3 tahun lalu saat ia masih bersama suaminya.
“Oohh…, jilat terus sayang…, ohh”, Tangan Santi mendekap erat kepala Tedi ke payudaranya.
Tedi semakin buas menjilati puting susu gurunya tersebut, mulutnya tanpa ia sadari menimbulkan bunyi yang nyaring. Hisapan Tedi makin keras, bahkan tanpa ia sadari ia gigit-gigit ringan puting gurunya tersebut.
“mm…, nakal kamu”, Santi tersenyum merasakan tingkah muridnya itu.
“Sekarang coba kamu lihat daerah bawah pusar Ibu”.
Tedi menurut saja. Duduk diantara kaki Santi yang membuka lebar. Santi kemudian menyandarkan punggungya pada dinding di belakangnya.
“Coba kamu rasakan”, ia membimbing telunjuk Tedi memasuki memeknya.
“Hangat Bu..”
Bisa kamu rasakan ada semacam pentil…?”
“Iya..”
“Itu yang Santimakan kelentit, itu adalah titik peka cewek juga. Coba kamu gosok-gosok” Pelan-pelan jari Tedi mengusap-usap clitoris yang mulai menyembul itu.
“Terus…, oohh…, ya…, gosok…, gosok”, Santi mengerinjal-gerinjal keenakan ketika clitorisnya digosok-gosok oleh Tedi.
“Kalo diginiin nikmat ya Bu?”, Tedi tersenyum sambil terus menggosok-gosok jarinya.
“Oohh…, Tediii…, mm”, tubuh Santi telah basah oleh peluh, pikirannya serasa di awang-awang, sementara bibirnya merintih-rintih keenakan.
Tangan Tedi semakin berani mempermainkan clitoris gurunya yang makin bergelora dirangsang birahi. Nafasnya yang semakin memburu pertanda pertahanan gurunya akan segera jebol.
“Ooaahh…, Teddiii”, Tangan Santi mencengkeram pundak muridnya, sementara tubuhnya menegang dan otot-otot kewanitaannya menegang.
Matanya terpejam sesaat, menikmati kenikmatan yang telah lama tidak dirasakannya.
“Hmm…, kamu lihai Tedi…, Sekarang…, coba kamu berbaring”.
Tedi menurut saja. Kontolnya segera menegang ketika merasakan tangan lembut gurunya.
“Wah…, wahh.., besar sekali”, tangan Santi segera mengusap-usap kontol yang telah mengeras tersebut.
Segera saja benda panjang dan berdenyut-denyut itu masuk ke mulut Santi. Ia segera menjilati kontol muridnya itu dengan penuh semangat. Kepala kontol muridnya itu dihisapnya keras-keras, sehingga Tedi merintih keenakan.
“Ahh…, enakk…,enakk”, Tedi tanpa sadar menyodok-nyodokkan pinggulnya untuk semakin menekan kontolnya makin ke dalam kuluman Santi.
Gerakannya makin cepat seiring semakin kerasnya hisapan Santi.
“oohh Ibu…, Ibbuu”
Muncratlah cairan mani Tedi di dalam mulut Santi, yang segera menjilati cairan itu hingga tuntas.
“Hmm…, manis rasanya Tedi”, Santi masih tetap menjilati kontol muridnya yang masih tegak. artseks.com
“Sebentar ya aku mau minum dulu”.
Ketika Santi sedang membelakangi muridnya sambil menenggak es teh dari kulkas. Tiba-tiba ia merasakan seseorang mendekapnya dari belakang.
“Tedi…, biar Ibu minum dulu”.
“Tidak…, nikmati saja ini”, Tedi yang masih tegang berat mendorong Santi ke kulkas.
Gelas yang dipegang Santi jatuh, untungnya tidak pecah. Tangan Santi kini menopang tubuhnya ke permukaan pintu kulkas.
“Ibu…, sekarang!”
“Ahhkk”, Santi berteriak, saat Tedi menyodokkan kontolnya dengan keras ke liang memeknya dari belakang.
Dalam hatinya ia sangat menikmati hal ini, pemuda yang tadinya pasif berubah menjadi liar.
“Tediii…, enakk…, ohh…, ohh”. Tubuh Santi bagai tanpa tenaga menikmati kenikmatan yang tiada taranya. Tangan
Tedi satu menyangga tubuhnya, sementara yang lain meremas payudaranya. Dan kontolnya yang keras melumat liang memeknya.
“Ibu menikmati ini khan”, bisik Tedi di telinganya
“Ahh…, hh”, Santi hanya merintih, setiap merasakan sodokan keras dari belakang.
“Jawab…, Ibu”, dengan keras Tedi mengulangi sodokannya.
“Ahh…,iyaa”
“Tedi…, Tedi jangann…, di dal.. La” belum sempat ia meneruskan kalimatnya, Santi telah merasakan cairan hangat di liang memeknya menyemprot keras.
Kepalang basah ia kemudian menyodokkan keras pinggulnya.
“Uuhgghh”, kontol Tedi yang berlepotan mani itupun amblas lagi ke dalam liang Santi.
”Ahh”.
Kedua insan itupun tergolek lemas menikmati apa yang baru saja mereka rasakan.
Setelah kejadian dengan Tedi, Santi masih sering bertemu dengannya guna mengulangi lagi perbuatan mereka.
Namun yang mengganjal hati Santi adalah jika Tedi kemudian membocorkan hal ini ke teman-temannya.
Ketika Santi berjalan menuju mobilnya seusai sekolah bubar, perhatiannya tertumbuk pada seorang muridnya yang duduk di sepeda motor di samping mobilnya, katakanlah dia Reza. Ia berbeda dengan Tedi, anaknya agak pembuat onar jika di kelas, kekar dan nakal. Hatinya agak tidak enak melihat situasi ini.
“Bu Santi salam dari Tedi”, Reza melemparkan senyum sambil duduk di sepeda motornya.
“Terima kasih, boleh saya masuk”, Cerita guru ngentot murid lainay bisa anda baca di kumpulanceritaseru.
info Ia harus berkata begitu karena sepeda motor Reza menghalangi pintu mobilnya.
“Boleh…, boleh Bu saya juga ingin pelajaran tambahan seperti Tedi.”
Langkah Santi terhenti seketika. Namun otaknya masih berfungsi normal, meskupun sempat kaget.
“Kamu kan nilainya bagus, nggak ada masalah kan..”, sambil duduk di balik kemudi.
“Ada sedikit sih kalau Ibu nggak bisa mungkin kepala guru bisa membantu saya, sekaligus melaporkan pelajaran Tedi”, Reza tersenyum penuh kemenangan.
“Apa hubungannya?”, Keringat mulai menetes di dahi Santi.
“Sudahlah kita sama-sama tahu Bu. Saya jamin pasti puas”.
Tanpa menghiraukan omongan muridnya, Santi langsung menjalankan mobilnya ke rumahnya. Namun ia sempat mengamati bahwa muridnya itu mengikutinya terus hingga ia menikung untuk masuk kompleks perumahan.
Setelah mandi air hangat, ia bermaksud menonton TV di ruang tengah. Namun ketika ia hendak duduk pintu depan diketuk oleh seseorang. Santi segera menuju pintu itu, ia mengira Tedi yang datang. Ternyata ketika dibuka
“Reza! Kenapa kamu ngikuutin saya!”, Santi agak jengkel dengan muridnya ini.
“Boleh saya masuk?”.
“Tidak!”.
“Apa guru-guru perlu tahu rahasiamu?”.
“!!”dengan geram ia mempersilakan Reza masuk.
“Enak ya rumahnya, Bu”, dengan santainya ia duduk di dekat TV.
“Pantas aja Tedi senang di sini”.
“Apa hubunganmu dengan Tedi?, Itu urusan kami berdua”, dengan ketus Santi bertanya.
“Dia teman dekat saya. Tidak ada rahasia diantara kami berdua”.
“Jadi artinya”, Kali ini Santi benar-benar kehabisan akal. Tidak tahu harus berbuat apa.
“Bu, kalo saya mau melayani Ibu lebih baik dari Tedi, mau?”, Reza bangkit dari duduknya dan berdiri di depan Santi.
Santi masih belum bisa menjawab pertanyaan muridnya itu. Tubuhnya panas dingin.
Santi masih belum bisa menjawab pertanyaan muridnya itu. Tubuhnya panas dingin. Belum sempat ia menjawab, Reza telah membuka ritsluiting celananya. Dan setelah beberapa saat kontolnya meyembul dan telah berada di hadapannya.
“Bagaimana Bu, lebih besar dari Tedi khan?”.
Reza ternyata lebih agresif dari Tedi, dengan satu gerakan meraih kepala Santi dan memasukkan kontolnya ke mulut Santi.
“Mmpfpphh”.
“Ahh yaa…, memang Ibu pandai dalam hal ini. Nikmati saja Bu…, nikmat kok”
Rupanya nafsu menguasai diri Santi, menikmati kontol yang besar di dalam mulutnya, ia segera mengulumnya bagai permen. Dijilatinya kepala kontol pemuda itu dengan semangat. Kontan saja Reza merintih keenakan.
“Aduhh…, nikmat sekali Bu oohh”, Reza menyodok-nyodokkan kontolnya ke dalam mulut Santi, sementara tangannya meremas-remas rambut ibu gurunya itu.
Santi merasakan kontol yang diisapnya berdenyut-denyut. Rupanya Reza sudah hendak keluar.
“oohh…, Ibu enakk…, enakk…, aahh”.
Cairan mani Reza muncrat di mulut Santi, yang segera menelannya. Dijilatinya kontol yang berlepotan itu hingga bersih. Kemudian ia berdiri.
“Sudahh…, sudah selesai kamu bisa pulang”, Namun Santi tidak bisa memungkiri perasaannya.
Ia menikmati mani Reza yang manis itu serta membayangkan bagaimana rasanya jika kontol yang besar itu masuk ke memeknya.
“Bu, ini belum selesai. Mari ke kamar, akan saya perlihatkan permainan yang sebenarnya.”
“Apa! beraninya kamu memerintah!”, Namun dalam hatinya ia mau.
Karenanya tanpa berkata-kata ia berjalan ke kamarnya, Reza mengikuti saja.
Setelah ia di dalam, Santi tetap berdiri membelakangi muridnya itu. Ia mendengar suara pakaian jatuh, dugaannya pasti Reza sedang mencopoti pakaiannya. Ia pun segera mengikuti jejak Reza. Namun ketika ia hendak melepaskan kancing dasternya.
“Sini saya teruskan”, ia mendengar Reza berbisik ke telinganya.
Tangan Reza segera membuka kancing dasternya yang terletak di bagian depan. Kemudian setelah dasternya jatuh ke lantai, tangan itupun meraba-raba payudaranya. Santi juga merasakan kontol pemuda itu diantara belahan pantatnya.
“Gilaa…, besar amat”, pikirnya.
Tak lama kemudian iapun dalam keadaan polos. Kontol Reza digosok-gosokkan di antara pantatnya, sementara tangan pemuda itu meremasi payudaranya. Ketika jemari Reza meremas puting susu Santi, erangan kenikmatan pun keluar.
“mm oohh”.
Reza tetap melakukan aksi peremasan itu dengan satu tangan, sementara tangan satunya melakukan operasi ke memek Santi.
“Reza…, aahh…, aahh”, Tubuh Santi menegang saat pentil clitorisnya ditekan-tekan oleh Reza.
“Enak Bu?”, Reza kembali berbisik di telinga gurunya yang telah terbakar oleh api birahi itu.
Santi hanya bisa menngerang, mendesah, dan berteriak lirih. Saat usapan, remasan, dan pekerjaan tangan Reza dikombinasi dengan gigitan ringan di lehernya. Tiba-tiba Reza mendorong tubuh Santi agar membungkuk. Kakinya di lebarkan.
“Kata Tedi ini posisi yang disukai Ibu”
“Ahhkk…, hmm…, hmmpp”, Santi menjerit, saat Reza dengan keras menghunjamkan kontolnya ke liang memeknya dari belakang.”
“Ugghh…, innii…, innii”, Reza medengus penuh gairah dengan tiap hunjaman kontolnya ke liang Santi.
Santipun berteriak-teriak kenikmatan, saat liang memeknya yang sempit itu dilebarkan secara cepat.
“Adduuhh…, teruss.., teruss Rezaa…, oohh”, Kepala ibu guru itu berayun-ayun, terpengaruh oleh sodokan Reza.
Tangan Reza mencengkeram pundak Santi, seolah-olah mengarahkan tubuh gurunya itu agar semakin cepat saja menelan kontolnya.
“Oohh Santi…, Santiiii”.
Santi segera merasakan cairan hangat menyemprot di dalam memeknya dengan deras. Matanya terpejam menikmati perasaan yang tidak bisa ia bayangkan.
Santi masih tergolek kelelahan di tempat tidur. Rambutnya yang hitam panjang menutupi bantalnya, dadanya yang indah naik-turun mengikuti irama nafasnya. Sementara itu memeknya sangat becek, berlepotan mani Reza dan maninya sendiri. Reza juga telajang bulat, ia duduk di tepi tempat tidur mengamati tubuh gurunya itu. Ia kemudian duduk mendekat, tangannya meraba-raba liang memek Santi, kemudian dipermainkannya pentil kelentit gurunya itu.
“mm capek…, mm”, bibir Santi mendesah saat pentilnya dipermainkan.
Sebenarnya ia sangat lelah, tapi perasaan terangsang yang ada di dalam dirinya mulai muncul lagi. Dibukanya kakinya lebar-lebar sehingga memberikan kemudahan bagi Reza untuk memainkan clitorisnya.
“Rezz aahh”, Tubuh Santi bergetar, menggelinjang-gelinjang saat Reza mempercepat permainan tangannya. artseks.com
Rekor Berhubungan Seks Dengan 919 Pria Dalam Satu Hari
“Bu…, balik…, Reza pengin nih”
“Nakal kamu ahh”, dengan tersenyum nakal, Santi bangkit dan menungging.
Tangannya memegang kayu dipan tempat tidurnya. Matanya terpejam menanti sodokan kontol Reza. Reza meraih payudara Santi dari belakang dan mencengkeramya dengan keras saat ia menyodokkan kontolnya yang sudah tegang
“Adduuhh…, owwmm”, Santi mengaduh kemudian menggigit bibirnya, saat lubang memeknnya yang telah licin melebar karena desakan kontol Reza.
“Bu Santi nikmat lho memek Ibu…, ketat”, Reza memuji sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya.
“mm…, aahh…, ahh…, ahhkk”, Santi tidak bisa bertahan untuk hanya mendesah.
Ia berteriak lirih seiring gerakan Reza. Badannya digerakkannya untuk mengimbangi serangan Reza. Kenikmatan ia peroleh juga dari remasan muridnya itu.
“Ayoo…, aahh.., ahh… Mm.., buat Ibu keluuaa.. Rr lagi…”. Gerakan Santi makin cepat menerima sodokan Reza.
Tangan Reza beralih memegangi tubuh Santi, diangkatnya gurunya itu sehingga posisinya tidak lagi “doggy style”, melainkan kini Santi menduduki kontolnya dengan membelakangi dirinya. Reza kini telentang di tempat tidur yang acak-acakan dan penuh oleh mani yang mengering.
“Ooww..”, Teriakan Santi terdengar keras saat ia tidak bisa lagi menahan orgasmenya.
Tangannya mencengkeram tangan Reza, kepalanya mendongak menikmati kenikmatan yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Sementara Reza sendiri tetap menusuk-nusukkan kontolnya ke memek Santi yang makin becek.
“Ayoo…, makin dalam dalamm”.
“Ahh.., aahh…, aahh..”, Rezapun mulai berteriak-teriak.
“Mau kelluuaarr”
Santi sekali lagi memejamkan matanya, saat mani Reza menyemprot dalam liang memeknya. Santi kemudian ambruk menindih tubuh Reza yang basah oleh keringat. Sementara diantara kaki-kaki mereka mengalir cairan hangat hasil kenikmatan mereka.
“Bu Santi…, sungguh luar biasa, Coba kalau Tedi ada disini sekarang”.
“mm memangnya kamu mau apa”, Santi kemudian merebahkan dirinya di samping Reza. Tangannya mengusap-usap puting Reza.
“Kita bisa main bertiga, pasti lebih nikmat..”
Santi tidak bisa menjawab komentar Reza, sementara perasaannya dipenuhi kebingungan.
Akhirnya hari kelulusan murid klas 3 sampai juga. Dengan demikian Santi harus berpisah dengan kedua murid yang disayanginya, terlebih lagi ketika ia harus pindah ke kota lain untuk menempati pos baru di Kanwil. Karenanya ia memanggil Tedi untuk datang ke rumahnya untuk memberitahukan perihal kepindahannya.
Ketika seputar Indonesia mulai ditayangkan, Tedi muncul. Ia langsung dipersilakan duduk.
“Bu, Tedi kangen lho”.
“Iya deh…, nanti. Gini, Ibu bulan depan pindah ke kota B, soalnya akan Santiikkan pangkatnya.
Jadi…, jadi…, Ibu ingin malam ini malam terakhir kita”, mata Santi berkaca-kaca ketika mengucapkan itu.
“…………..”, Tedi tidak bisa menjawab. Ia kaget mendengar berita itu. Baginya Santi merupakan segalanya, terlebih lagi ia telah mendapatkan pelajaran berharga dari gurunya itu.
“Tapi Tedi masih boleh berkirim surat kan?”.
Santi bisa sedikit tersenyum melihat muridnya tabah,
“Iya…, boleh…, boleh”.
“Minum dulu Ted, ada es teh di meja makan. Kalau sudah nonton VCD di kamar yaa”, Santi mengerling nakal ke muridnya sambil beranjak ke kamar. Di kamar ia mengganti pakaiannya dengan kimono kegemarannya, melepas BH, menghidupkan AC dan tentu saja menyetel VCD ‘Kamasutra-nya Penthouse”. Lalu ia tengkurap di tempat tidur sambil menonton TV.
Diluar Tedi meminum es teh yang disediakan Santi dan membiarkan pintu depan tidak terkunci. Ia mempunyai rencana yang telah disusun rapi.
Lalu Tedi menyusul Santi ke kamar tidur. Begitu pintu dibuka ia melihat gurunya tengkurap menonton VCD dengan dibalut kimono merah tipis, lekuk tubuhnya jelas terlihat. Rambutnya yang panjang tergerai di punggungnya bagai gadis iklan shampo Pantene.
“Ganti pakaian itu Ted..”, Santi menunjuk celana pendek dan kaos tipis yang terlipat rapi di meja riasnya.
Ketika Tedi sedang mencopot celananya Santi sempat melihat kontol pemuda itu menyembul di balik CD GT Man-nya. Setelah selesai Tedi juga tengkurap di samping Santi.
“Sudah liat film ini belum? Bagus lho untuk info posisi-posisi ngesex”.
“Belum tuh…”, Mata Tedi tertuju pada posisi dimana si wanita berdiri memegang pohon sementara si pria memasukkan kontolnya dari belakang, sambil meremas-remas payudara partnernya.
“mm…, itu posisi fave saya. Kalau kamu suka nanti CD itu bisa kamu ambil”.
“Thanx..”, Tedi kemudian mengecup pipi gurunya.
Adegan demi adegan terus bergulir, suasana pun menjadi semakin panas. Santi kini tengkurap dengan tidak lagi mengenakan selembar benangpun. Demikian pula Tedi. Tedi kemudian duduk di sebelah gurunya itu, dibelainya rambut Santi dengan lembut, kemudian disibakkannya ke sebelah kiri. Bibir Tedi kemudian menciumi tengkuk Santi, dijilatinya rambut-rambut halus yang tumbuh lebat.
“aahh…”
Setelah puas, Tedi kemudian memberi isyarat pada Santi agar duduk di pangkuannya.
“Bu, biar Tedi yang puasin ibu malam ini…”, Bisik Tedi di telinga Santi.
Santi yang telah duduk di pangkuan Tedi pasrah saja saat kedua tangan muridnya meremas-remas payudaranya yang liat. Kemudian ia menjerit lirih saat puting susunya mendapat remasan.
“Akhh…”, Santi memejamkan matanya.
“Tedi…, jilatin memek ibu…”
Tedi kemudian merebahkan Santi, dibukanya kaki gurunya itu lebar-lebar, kemudian dengan perlahan ia mulai menjilati memek gurunya. Bau khas dari memek yang telah basah oleh gairah itu membuat Tedi kian bernafsu.
“oohh…, teruss…, teruuss…”, Santi bergetar merasakan kenikmatan itu.
Tangannya membimbing tangan Tedi dalam meremasi susunya. Memberikan kenikmatan ganda.
“Jilatin…, pentil itu…, oohohh”, Bagai dikomando Tedi menjilati pentil clitoris Santi, dengan penuh semangat.
“Aduuhh….. Oohh…oohh…hh.. Hh…..”
“Tedi…, massuukk”.
Kaki Santi kemudian disampirkannya ke pundak, dan dengan cepat disodokkannya kontolnya ke memek Santi yang becek.
“mm…”, Santi menggigit bibirnya.
Meskipun lubang memeknya telah licin, namun kontol yang besar itu tetap saja agak kesulitan menerobos masuk.
“Uuhh…, masih susah juga ya Bu…”, Tedi sambil meringis memaju mundurkan kontolnya.
Ia merasakan kontolnya bagai diremas-remas oleh tangan yang sangat halus saat di dalam. Tangan Santi mempermainkan puting Tedi. Dengan gemas dicubitnya hingga Tedi berteriak.
“Uhh…, nakal, Ini balasannya!”, sodokan Tedi makin keras, lebih keras dari saat ia memasukkan kontolnya.
“aa…”.
Tiba-tiba pintu kamar tebuka! Spontan Santi terkejut, tapi tidak bagi Tedi. Reza sudah berdiri di muka pintu, senjatanya telah tegak berdiri.
“mm…, hot juga permainan Ibu dengan Dia, boleh saya bergabung?”, Reza kemudian berjalan mendekati mereka.
Santi yang hendak berdiri ditahan oleh Tedi, yang tetap menjaga kontolnya di dalam memek Santi.
“Nikmati saja…”
Reza kemudian mengangkangi Santi, kontolnya berada tepat di mukanya.
“Isap… Ayoo”, sambil memasukkan kontolnya.
Saat itu pula Tedi menghentakkan gerakannya. Saat Santi berteriak, saat itu pula kontol Reza masuk.
“Ahh…, nikmat..”, Santi merem-melek menghisap-hisap kontol muridnya, sementara Tedi dengan puas menggarap memeknya.
“uufff…, jilatin…, jilatt”, tangan Reza memegangi kepala Santi, agar semakin dalam saja mengisap kontolnya.
Posisi itu tetap bertahan hingga akhirnya Tedi keluar duluan. Maninya menyemprot dengan leluasa di lubang memek gurunya yang cantik. Sementara Reza tetap mengerang-erang sambil medorong-dorong kepala Santi.
Setelah Tedi mengeluarkan kontolnya dari memek Santi, “Berdiri menghadap tembok Bu!”
Santi masih kelelahan. Ia telah orgasme pula saat Tedi keluar, namun ia tidak bisa teriak karena ada kontol di mulutnya. Saat ia berdiri dengan tangan di tembok menahan tubuhnya, mani Tedi menetes ke lantai.
“mm…, Ted…, liat tuh punya kamu..”, seru Reza sambil tertawa. Ia kemudian menempelkan tubuhnya ke Santi.
Kontolnya tepat berada di antara kedua pantat Santi.
“Nih Bu rasakan punya Reza juga ya”.
Tedi dengan santai menyaksikan temannya menggarap gurunya dari belakang. Tangan Reza memegangi pinggang Santi saat ia menyodok-nyodokkan kontolnya keluar masuk dengan cepat. Saat Santi merintih-rintih menikmati permainan mereka, Tedi merasakan kontolnya tegang lagi. Ia tidak tahan melihat pemandangan yang sangat erotik sekali.
Kedua insan itu saling mengaduh, mendesah, dan berteriak lirih seiring kenikmatan yang mereka berikan dan rasakan.
“ooww…”, Tubuh Santi yang disangga Reza menegang, kemudian lemas.
Tedi menduga mereka berdua telah sampai di puncak kenikmatan. Timbul isengnya, ia kemudian mendekati mereka dan menyusup diantara Santi dan tembok. Dipindahkannya tangan Santi ke pundaknya, dan kontolnya menggantikan posisi milik Reza.
“Tedi…”, Lagi-lagi Santi mendesah saat kontol Tedi masuk dan pinggulnya didorong oleh Reza dari belakang.
“Ahh.. Ahh…. Dorongg…dorongg………….”
“aa.. Aa… Aa”.
“oohhkk…, kk…, kk..”, Santi berteriak keras sekali, saat dorongan Reza sangat keras menekan pinggulnya. kontol Tedi amblas hingga mencapai pangkalnya masuk ke memek Santi.
Saat itu pula ia merasakan kontol yang berdenyut-denyut itu melepaskan muatannya untuk kedua kali. Malam itu merupakan malam yang liar bagi ketiga insan yang akan berpisah itu. Malam yang tidak bisa mereka lupakan untuk selamanya.
0 Response to "PetikPisang69 - GURU GENIT"
Post a Comment